Belajar Memahami Aperture, Shutter Speed, dan ISO
Pada dasarnya, kebanyakan dari kita suka sekali dengan yang namanya memotret. Terbukti dari sekian banyak unggahan foto pada media sosial setiap harinya. Apa lagi dengan adanya kamera smartphone, segala aktivitas bisa dengan cepat didokumentasikan menjadi gambar digital. Maka dari itu, tidak ada salahnya jika kita belajar memahami Aperture, Shutter Speed, dan ISO.
Namun sayangnya banyak yang hanya asal-asalan dalam mengambil foto, sehingga foto yang dihasilkan pun biasa-biasa aja meskipun telah menggunakan kamera yang bagus dan mahal harganya.
Yuk, kita belajar fotografi, belajar memahami Aperture, Shutter Speed, dan ISO, supaya tahu cara mengatur dan menggunakan kamera dengan baik dan benar. Minimal agar kita lebih kreatif, dan agar tidak selalu menggunakan mode Auto.
Belajar Memahami Aperture, Shutter Speed, dan ISO
Aperture (Bukaan)
Bagi seorang yang baru belajar memahami bagaimana sebuah kamera bekerja, sering kali sulit untuk memahami apa itu aperture, sebenarnya hal itu cukup sederhana sekali jika kita memahaminya.
Aperture adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto.
Jika kita melihat lensa kamera, kita dapat melihat "lubang" atau pembukaan dimana cahaya masuk melaluinya. Ketika kita mengatur aperture pada kamera, kita akan menentukan seberapa besar lubang ini terbuka. Semakin besar lubang terbuka, maka semakin banyak pula cahaya yang akan masuk ke dalam sensor kamera, begitu pun sebaliknya.
Mengapa kita mengatur banyak atau sedikit cahaya yang harus masuk ke dalam sensor kamera?
Semua tergantung situasi.
Mempersempit aperture berarti akan memperluas area fokus pada foto yang kita ambil. Sebagai contoh, aperture sempit akan sangat bagus untuk foto landscape.
Jika aperture luas berarti lebih sedikit dari foto itu yang akan menjadi fokus. Pernahkah Anda melihat sebuah foto dengan subjek dalam fokus dan latar belakang blur? Hal itu bisa didapat jika kita mengatur aperture lebar.
Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. Sebuah angka yang lebih rendah, seperti f/1.8, menunjukkan bukaan yang lebih lebar, dan f/22, menunjukkan aperture sempit. Semakin kecil angka f-stop berarti semakin besar lubang ini terbuka (dan semakin banyak volume cahaya yang masuk) serta sebaliknya, semakin besar angka f-stop semakin kecil pula lubang terbuka.
Sebuah lensa sering ditandai dengan aperture terlebar yang bisa dilakukan lensa tersebut. Seperti saat kita melihat lensa yang 50 mm f/1.8, ini berarti aperture terlebar dari lensa tersebut adalah f/1.8.
Beberapa lensa memiliki jangkauan, seperti f/3.5 - 5.6. Anda akan melihat ini pada lensa zoom, ketika lensa pada posisi zoom out, aperture pada posisi terluas yaitu itu f/3.5, namun ketika lensa pada posisi zoom in, aperture hanya dapat selebar f/5.6. Itu artinya, bahwa lensa tersebut tidak memiliki aperture yang tetap. Namun pada lensa yang lebih mahal, Anda bisa mendapatkan apertur standar di sepanjang zoom.
Yang perlu untuk diingat adalah bahwa aperture lebar, seperti f/1.8, memungkinkan lebih banyak cahaya masuk kedalam sensor kamera, sehingga hasilnya foto bisa terlihat bokeh, fokus pada objek blur pada latar belakang. Sedangkan aperture sempit, seperti f/22, memberikan fokus yang lebih luas tetapi harus digunakan pada tempat yang cukup cahaya.
Pengaturan aperture ini tergantung situasi dan jenis lensa yang kita gunakan. Sehingga memerlukan beberapa percobaan sampai mendapatkan hasil yang optimal.
Shutter Speed (Kecepatan rana)
Ketika kita menekan tombol shutter pada kamera memotret, jendela aperture mengambil sejumlah waktu untuk menutup. Lamanya waktu inilah yang dikenal sebagai shutter speed atau kecepatan rana.
Lamanya waktu yang diperlukan adalah sepersekian detik. Jika kita ingin menangkap benda yang bergerak cepat, maka kita memerlukan waktu paling tidak 1/300 detik.
Kita dapat menggunakan shutter speed tercepat, akan tetapi banyak situasi yang mengharuskan kita untuk menggunakan shutter speed yang lebih lambat. Seperti pada situasi berikut ini:
Kita ingin motion blur untuk tujuan artistik, seperti aliran sungai yang blur, sambil menjaga segala sesuatu yang di sekitarnya terlihat tajam dan tidak blur. Untuk mencapai hal ini, kita harus menggunakan shutter speed yang lambat, misalnya 1/30 detik, dan menggunakan aperture yang sempit untuk mencegah exposure yang berlebihan pada foto tersebut.
ISO
ISO adalah ukuran tingkat sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO, maka semakin sensitif sensor terhadap cahaya.
Sebelum era digital dulu, ketika kita membeli negatif film untuk kamera biasa, kita akan mendapatkan pilihan ISO 100 atau 200 untuk di luar ruangan dan ISO 400 atau 800 untuk dalam ruangan. Dan pada era kamera digital seperti sekarang ini, ketentuan itu masih tetap berlaku.
Keuntungan dari ISO rendah adalah bahwa cahaya yang mewakili objek foto masuk ke sensor kamera lebih akurat. Jadi foto yang dihasilkan lebih detil.
Sedangkan ISO tinggi sangat berguna untuk mengambil foto lebih detil pada keadaan minim cahaya tanpa mengurangi shutter speed atau pelebaran aperture. Namun foto menjadi terlalu terang dan kurang realistis.
Pengaturan ISO tinggi adalah sumber terbesar dari noise pada fotografi. Kamera high-end akan memiliki sedikit noise pada ISO tinggi dibandingkan dengan kamera low-end. Namun aturannya selalu sama, yaitu: semakin tinggi kita meningkatkan ISO, maka semakin banyak noise yang akan kita dapatkan.
Kebanyakan kamera akan mengatur ISO secara otomatis, bahkan dalam mode manual. Hal ini sangat menguntungkan mana kala pemotretan dilakukan pada ruangan minim cahaya, sehingga membiarkan kamera mengatur ISO secara otomatis bisa membantu mendapatkan gambar yang lebih baik.
Menggabungkan Pengaturan
Dalam mode manual Anda mengatur segalanya sendiri. Kita harus mengatur ketiganya (Aperture, Shutter speed dan ISO) sendiri sebelum mengambil foto. Hal terbaik yang harus dilakukan adalah membuat keputusan untuk prioritas pada salah satu pengaturan yang kita anggap paling penting.
- Jika kita ingin membuat foto bokeh atau foto dengan DOF yang dangkal, maka prioritas kita adalah aperture.
- Jika kita ingin memperoleh foto detil dan tidak banyak noise, maka prioritasnya kita adalah ISO.
- Jika kita ingin menghindari blur, maka prioritas kita adalah pada shutter speed.
Yang perlu diingat adalah, jangan hanya terpaku pada pengaturan prioritas yang kita pilih, pikirkan juga pengaturan yang dipilih kamera untuk kita. Artinya ketika kita menggunakan prioritas aperture, lihat juga berapa shutter speed yang diberikan kamera. Jika terlalu lambat, coba atur ISO nya.
Dan yang paling penting adalah berlatih. Sebab dengan banyak berlatih kita akan terbiasa untuk melakukannya.
Semoga setelah belajar memahami Aperture, Shutter Speed, dan ISO jika bisa menghasilkan foto yang jauh lebih baik lagi.
Sumber: lifehacker.com